Tak Ada yang Dapat Lepas

EDITOR GMITJASS
29 Agustus 2024 116 x Materi PA

Ilustrasi

Persekutuan Pendalaman Alkitab

Jemaat GMIT Tamariska Maulafa

Kamis, 29 Agustus 2024

Tema : Tak Ada yang Dapat Lepas

Bacaan 1 : Kisah Para Rasul 9:1-19a


Bacaan 1 : Kisah Para Rasul 9:1-19a  

Tema : Tak Ada yang Dapat Lepas 

Pendahuluan 

Cerita tentang pertobatan Saulus, yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus, adalah salah satu peristiwa paling penting dalam Perjanjian Baru. Sebelum bertobat, Saulus adalah seorang Farisi yang sangat taat kepada hukum Taurat dan memiliki posisi penting dalam masyarakat Yahudi. Dia sangat menentang ajaran Yesus dan para pengikut-Nya (yang disebut sebagai orang-orang "Jalan" pada saat itu). Dia menganggap ajaran ini sebagai ancaman terhadap tradisi Yahudi dan hukum Taurat. Oleh karena itu, Saulus menjadi salah satu penganiaya utama jemaat Kristen awal. Pada waktu itu, orang-orang Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesias dianggap menyimpang dari keyakinan Yahudi yang tradisional. Hal ini memicu reaksi keras dari kelompok Yahudi yang lebih tradisional, termasuk Saulus. Saulus mendapat wewenang dari imam besar untuk menangkap orang-orang Kristen yang ada di Damaskus dan membawa mereka ke Yerusalem untuk diadili. 

Pendalaman Teks 

Perjalanan Saulus ke Damsyik (ay 2-7): 

Saulus, seorang Farisi yang fanatik dan penuh semangat, sedang mengancam dan berencana untuk menangkap para pengikut Yesus (disebut sebagai orang-orang "Jalan"). 

  • Berbekal surat kuasa dari imam besar di Yerusalem, Saulus memasuki rumah-rumah ibadah Yahudi di Damsyik dan melakukan penangkapan kepada laki-laki dan perempuan yang mengikuti jalan Tuhan. Saulus menangkap dan membawa mereka sebagai tawanan ke Yerusalem.   

  • Belum sampai tujuan, ada suatu peristiwa yang sangat mengejutkan karena ada suara bertanya secara pribadi kepada Saulus. Secara tiba-tiba ada cahaya memancar dari langit dan mengelilingi dia. Lalu rebah ke tanah. Suara berseru Saulus, Saulus mengapakah engkau menganiaya Aku? Saulus bertanya bahwa siapakah engkau Lalu Suara itu memperkenalkan diri bahwa Akulah Yesus yang kau aniaya itu. Selanjutnya memberi sebuah perintah untuk segera bangun dan pergi ke kota karena disanalah akan dikatakan apa yang harus diperbuat. Peristiwa itu disaksikan oleh teman-teman seperjalanan Saulus  

Saulus di Damsyik (ay 1-9): 

  • Dampak perjumpaan dengan Yesus dalam cahaya memancar ke langit, membuat mata Saulus menjadi buta. Ini menunjukkan bahwa cahaya itu sangat terang tidak mampu dilihat oleh mata jasmani.  Cahaya itu adalah Yesus sendiri yang pernah mengatakan bahwa akulah Terang. 

  • Membayangkan dengan semangat, kekuatan, keinginan yang berkobar-kobar Saulus berangkat ke Damsyik, namun ia masuk ke kota sampai 3 hari ia tidak dapat melihat dan 3 hari pula ia tidak makan dan minum. 

  • Ada ingatan di dalam hati Saulus bahwa ada sesuatu yang akan dikatakan kepadanya apa yang harus ia perbuat (ay 6). sebab itu selama 3 hari saat ia tidak dapat melakukan aktifitas, Saulus berdoa dan mendapatkan suatu penglihatan (ay 11-12). 

Saulus ditemui Ananias (ay 10-19a): 

  •  Firman Tuhan mempersiapkan Ananias untuk menjumpai Saulus dan Firman yang harus Ananias sampaikan kepada Saulus tentang ia seorang alat pilihan Tuhan (ay 15-16). 

  • Ananias datang kepada Saulus, menyapasaudara” dan ananias memperkenalkan diri kepadanya (Ay 17). Ia menyampaikan bahwa kejadian  di jalan ke Damsyik adalah pertemuan Saulus dengan Tuhan Yesus. Pertemuan bersama ananias telah mebuatnya dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus. Cerita ini menandai titik balik yang signifikan dalam kehidupan Saulus, yang kemudian dikenal sebagai Paulus, dan juga menjadi salah satu tokoh utama dalam penyebaran Kekristenan. 

Dari teks, ada beberapa hal menjadi bahan refleksi : 

  1. Perubahan ajaib dapat terjadi dalam kehidupan seorang jahat  dan penganiaya menjadi alat pilihan bagi Tuhan Yesus. Alkitab mencatat bahwa Saulus berusaha membinasakan jemaat Tuhan, masuk ke rumah-rumah, dari Yerusalem ke daerah lain, menyeret laki-laki atau perempuan dan memasukkan mereka dalam penjara.  Tuhan melihat bahwa semangat yang berkobar-kobar untuk mencari orang Kristen adalah potensi untuk pemberitaan Injil. Karena itu semangat membunuh dan menganiaya dirubah Tuhan menjadi semangat penginjilanPertemuan Yesus dan Saulus di jalan ke Damsyik adalah kunci perubahan dan pertobatan Saulus.  Rencana Manusia dengan jalan dan mata yang jahat  dirubah menjadi Mata baru dan jalan baru oleh Yesus, itulah yang terjadi dengan Saulus. Pelajaran bagi kita untuk senantiasa mencari hal-hal terbaik yang terdapat dalam diri setiap orang. Apa yang kita fokus dan cari itulah yang akan kita lihatJangan hanya mencari jeleknya dan kelemahan seseorang maka itulah yang akan kita temukan dalam dirinya tapi kalau kita mencari hal baik dan potensi seseorang maka kita pasti menemukan baiknya. Di mata Tuhan, Saulus adalah potensi untuk menjadi alat Tuhan. Di mata Ananias, Saulus adalah  masalah besar bagi orang Kristen namun Perintah Tuhan kepada Ananias membawanya untuk menyapa Saulus sebagai saudara.   

  1. Transformasi hidup. Saulus menolak orang Kristen dan Ananias menolak Saulus. Namun ditangan Tuhan, mereka berdua menjadi lembut hati dan mengubah karakter mereka sehingga episode penginjilan yang baru telah dimulai.  Saulus si pembenci injil dan penganiaya orang kristen menjadi penyiar Injil dan Ananias si penolak Saulus menjadi penyaksi pertobatannya.  Kuasa Allah dalam Kristus yang sanggup mengubahkan kehidupan. Di masa kini banyak orang dengan Cara pandang dan  pemikiran seperti Saulus dan juga berpemikiran seperti Ananias. Jika kita hari ini sedang berhadapan dengan orang yang berkarkter demikian hadapilah dengan cara Tuhan. Ada perkataan seseorang: Setiap orang suci punya masa lalu dan setiap pendosa punya masa depan.” Tuhan sanggup mengubah arah kehidupan seseorang yang jahat menjadi baru lalu apa kesulitan kita untuk menerima sesorang yang dahulu dikenal jahat telah menjadi manusia baru di dalam Tuhan. Terimalah mereka sebagai saudara dan teman dalam pelayanan. 

    Pertanyaan : 

    1. Mengapa Saulus begitu gigih dalam menganiaya orang-orang Kristen sebelum pertobatannya? 

    1. Apa yang menyebabkan perubahan yang begitu dramatis dalam hidup Saulus setelah pertemuannya dengan Yesus di jalan ke Damaskus? Apakah ada faktor lain selain penampakan Yesus yang mempengaruhi perubahan ini? 

     


    Bacaan 2 : Kisah Para Rasul 9:32-43 

    Tema : Tidak Bergantung pada Manusia 

     

    Pendahuluan 

    Kitab Kisah Para Rasul dapat dibagi dalam 2 kategori sederhana yaitu: Pertama, Pasal 1-12 adalah pelayanan Petrus. Kedua, pasal 13-28 adalah pelayanan Paulus. Pasal 9 adalah pasal transisi diantara pelayanan Petrus dan Saulus.  

    Kisah Para Rasul 9:32-43 mencatat dua mukjizat yang dilakukan oleh Rasul Petrus: penyembuhan seorang lumpuh bernama Eneas di Lida dan kebangkitan Tabita (juga dikenal sebagai Dorkas) di Yope. Cerita ini merupakan bagian dari bagian yang lebih luas dari Kisah Para Rasul yang menggambarkan penyebaran Kekristenan di luar Yerusalem dan menunjukkan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui para rasul. 

    Pendalaman Teks 

    Catatan tentang Saulus berhenti sampai disini, tidak dijelaskan berapa lama. Lukas akan kembali menuliskan tentang Saulus, ketika terjadi perkembangan jemaat di Antiokhia. Barnabas seorang yang diutus ke Antiokhia. Kemudian barnabas menjemput Saulus di Tarsus dan dibawa ke Antiokhia (11: 22-26) 

    • Lukas kembali menuliskan tentang Petrus. Dalam kondisi aman, Petrus berjalan keliling untuk mengunjungi orang-orang kudus. Kunjungan pertama ke kota Lida. Di kota itu Petrus mendapati seorang bernama Eneas yang telah 8 tahun lumpuh. Petrus mengunjunginya dan berkata kepadanya Eneas, Yesus Kristus telah menyembuhkanmu, bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu (ay 34). Eneas seketika itu juga bangkit dari tempat tidurnya. Menyaksikan perbuatan ajaib itu penduduk Lida dan Saron (ay 35) mereka semua berbalik kepada Tuhan.   

    • Narasi berlajut tentang seorang murid perempuan bernama Tabita atau Dorkas tinggal di Yope, tentang Tabita dituliskan (ay 36, 37, 39). bahwa dia sakit lalu meninggal, mayatnya dimandikan dan dibaringkan di ruang atas.  Ketika tabita sakit lalu meninggal, murid-murid mengutus 2 orang menjumpai Petrus untuk meminta Petrus datang ke Yope. Setibanya di Yope, Petrus menyurus mereka yang menagis dan berduka supaya keluar lalu petrus berlutut dan berdoa lalu berpaling pada mayat Tabita dan berkat Tabita bangkitlah, lalu tabita membuka mata, bangun dan duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu untuk berdiri. Memanggil semua orang kudus dan beserta janda-janda untuk melihat bahwa Tabita hidup. Dampak dari peristiwa ajaib itu di seluruh daerah Yope banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.  

    • Petrus tinggal cukup lama di Yope (Kota pelabuhan) di rumah Simon. Penyamak kulit. Pekerjaan ini bagi orang Yahudi adalah najis karena bersentuhan dengan bangkai (Im 5: 2), dalam strata sosial pekerjaan ini digolongkan di kelas bawah 

    •  Garis besar ini menunjukkan dua mukjizat yang dilakukan oleh Petrus—penyembuhan Eneas dan kebangkitan Tabita—yang memperkuat iman komunitas Kristen awal dan menyebarkan Injil lebih luas di Yudea dan sekitarnya. Mukjizat-mukjizat ini menunjukkan kuasa Yesus Kristus yang terus bekerja melalui para rasul dan membawa banyak orang untuk percaya kepada-Nya. 

    Dari teks, ada beberapa hal menjadi bahan refleksi: 

    1.  Yesus berkuasa atas sakit-penyakit dan kematianKerinduan setiap manusia pada umumnya adalah bebas dari segala penyakit dan ingin terus hidup lebih lama bahkan kerinduan besar orang percaya adalah kehidupan kekal. Sejak zaman dahulu hingga sekarang, manusia selalu berusaha memiliki tubuh yang sehat dan kehidupan yang lebih lama.  Kerinduan manusia itu tidak pernah tercapai sekalipun dengan segala upaya dan usaha, toh pada akhirnya manusia akan mengalami sakit dan kematian itulah kenyataan. Sakit seolah seperti bayangan yang selalu mengikuti kemanapun kita pergi, Kematian seolah seperti kuasa yang telah dan akan terus menelan kehidupan banyak orang dan makhluk hidup lainnya di dunia. Sepanjang kehidupan manusia ini ada maka sakit kematian akan terus mengejar. Kuasa sakit-penyakit dan kuasa kematian bermuara pada dosa manusia. Dapatkah manusia menghapus dosanya? Untuk menghapus dan membebaskan manusia dari sakit penyakit dan kematian saja kita tidak bisa apalagi dosa. Tidak seorangpun! Kecuali Dia yang datang dari Sorga. Yesus yang tanpa dosa telah mati untuk menghapuskan dosa kita dan telah bangkit untuk menyelamatkan kita dari dosa. Eneas & Tabita adalah sosok orang percaya yang ditolong oleh Petrus dari belenggu kuasa Sakit lumpuh dan kuasa kematian. 

    1. Mukjizat penyembuhan Eneas dan kebangkitan Tabita menunjukkan bahwa kuasa Tuhan tetap bekerja melalui para rasul dan orang-orang percaya. Bagi orang Kristen masa kini, ini mengingatkan kita bahwa Tuhan masih memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan melakukan keajaiban dalam hidup kita. Kita diundang untuk percaya dan berharap pada kuasa Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Tabita (Dorkas) dikenal karena perbuatan baiknya, terutama dalam membantu janda-janda dan orang miskin. Ini mengajarkan bahwa iman Kristen seharusnya ditunjukkan melalui tindakan kasih dan kebaikan terhadap sesama. Perbuatan baik bukan hanya sebagai tindakan amal, tetapi sebagai ekspresi dari iman kita kepada Tuhan. kesaksian tentang kuasa Tuhan dan mukjizat dalam hidup kita dapat menjadi alat yang kuat untuk memberitakan Injil dan menarik orang-orang kepada Kristus. 

    1. Dalam Kisah Para Rasul 9:41, dikatakan bahwa Petrus tinggal di rumah seorang penyamak kulit bernama Simon setelah kebangkitan Tabita. Apa itu penyamak kulit? Penyamak kulit adalah pekerjaan yang melibatkan pemrosesan kulit hewan untuk membuat bahan yang bisa digunakan, seperti kulit untuk pakaian dan barang-barang lainnya. Ini adalah pekerjaan yang dianggap tidak bersih menurut hukum Yahudi karena melibatkan kematian hewan, dan sering kali para penyamak kulit dipandang sebagai orang yang berada di luar komunitas yang lebih religius. Simon sebagai penyamak kulit bisa dilihat sebagai simbol penerimaan terhadap orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Dengan tinggal di rumah Simon, Petrus menunjukkan bahwa dia tidak membatasi pergaulan dan pelayanan hanya kepada mereka yang dianggap "bersih" atau "layak" menurut standar religius saat itu. Secara keseluruhan, keberadaan Petrus di rumah Simon si penyamak kulit menunjukkan bahwa pelayanan dan misi Injil melampaui batasan sosial dan religius. Ini adalah langkah awal menuju pemahaman yang lebih luas bahwa kasih dan anugerah Tuhan tidak terbatas pada kelompok tertentu tetapi terbuka untuk semua orang. 

Tamariska Pendalaman Alkitab Gereja Inspirasi Alkitab

Berita Terpopuler