Keluarga yang Hidup Sesuai Standar Allah


Ilustrasi

Bacaan: Yehezkiel 42:1-20


Keluarga yang Hidup Sesuai Standar Allah


Yehezkiel mendapat penglihatan tentang zaman baru, tentang Yerusalem baru dan Bait Suci yang baru, termasuk juga ukuran dari lingkungan Bait Suci tersebut (15). Dalam bacaan hari ini, tongkat pengukur digunakan untuk mengukur semua bagian dari Bait Suci tersebut, mulai dari pintu gerbang pelataran luar dan dalam bangunan tempat Tuhan berjumpa dengan umat-Nya. 

Adanya Bait Suci yang baru disebabkan Bait Suci lama yang dibangun Raja Salomo dengan megah telah dihancurkan bangsa Babel pada sekitar tahun 586 SM. Kini, Nabi Yehezkiel melihat tersedianya suatu Bait Suci baru di atas gunung yang sangat tinggi. Bait Suci melambangkan kehadiran Allah kembali bagi umatnya. Secara simbolis penglihatan tentang bait suci ini melukiskan berkat-berkat seribu tahun atau sebuah Bait Suci yang akan didirikan pada masa kerajaan seribu tahun. Artinya, suatu hari nanti kehadiran dan kemuliaan Allah akan dikembalikan kepada umat Nya untuk selama-lamanya. Ini suatu Bait Suci yang nyata, yang mana orang-orang tebusan Allah hidup menyembah Allah.

Wajar bila Bait Suci baru ini diukur dengan tongkat pengukur karena Tuhan sendirilah yang akan menentukan standar untuk Bait Suci baru. Setelah di ukur lingkungan Bait Suci baru ini, seluruh sisi-sisinya dikelilingi oleh suatu tembok yang panjang dan lebarnya 500 hasta. Tembok tersebut untuk memisahkan antara yang kudus dengan yang tidak kudus. Bait Suci berarti Bait yang suci dan kudus, sehingga hanya kekudusan saja yang seharusnya ada di dalam Bait Suci tersebut. Hal-hal yang tidak kudus tidak boleh dan tidak layak untuk berada di Bait Suci. Pemisahan ruang kudus dan tidak, bukan berarti Tuhan tidak berkuasa untuk mencegah orang-orang yang tidak kudus masuk ke dalam Bait Suci, tetapi tembok tersebut merupakan tanda pemisah antara yang kudus dan yang tidak kudus.

Penglihatan ini juga memberikan pengharapan bagi bangsa Israel. Bangsa Israel yang pulang dari pembuangan akan memperoleh status baru, dahulu mereka dibuang dan hidup sengsara dalam penindasan, kemudian akan dipulihkan dan diselamatkan. Mereka akan hidup kembali dengan standar yang ditentukan oleh Allah sendiri. Demikian juga keluarga, sebagai Israel baru pun harus hidup sesuai dengan standar atau ukuran yang Allah tetapkan yakni hidup mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia (lih. Mat. 22:37-40).

Jika hari ini kita belum hidup sesuai standar Allah atau bahkan kita pernah merasakan/melakukan Tindakan seperti diktator terhadap keluarga, menyusahkan anggota kelurga, bertindak kasar, tidak memperdulikan, sikap mengabaikan, memojokkan keluarga dan sesama, dan sebagainya. Marilah kita berdoa dan memohon mengampunan serta mengikuti jalan kehidupan sesuai dengan standar yang Tuhan inginkan bagi kita dalam keluarga dengan mengasihi ayah, ibu, anak-anak dan sesama, berdoalah agar Roh Kudus memampukan kita melakukannya dan mengingatkan kita akan apa yang belum kita lakukan. Juga, mengingatkan serta menegur kita bila kita telah keluar dari firman-Nya, yang menjadi standar itu. Sebaliknya, jika kita telah sungguh-sungguh hidup sesuai firman Tuhan, mintalah agar Roh Kudus memeliharanya di dalam hati dan hidup kita. Sebab, setiap hal/perbuatan yang kita lakukan yang dimulai dalam keluarga Tuhan sedang memperhitungkannya.  Itulah yang menjadi tolak ukur hidup kita kepada Tuhan.
Amin.

Ibadah Cell Group Renungan

Berita Terpopuler

Kolom Komentar


Berikan Komentar

Alamat Email anda tidak akan ditampilkan. Wajib diisi untuk kolom *