Persekutuan Pendalaman Alkitab 29 Februari 2024

EDITOR GMITJASS
29 Februari 2024 117 x Materi PA

Ilustrasi

Persekutuan Pendalaman Alkitab
Jemaat GMIT Tamariska Maulafa

Kamis, 22 Februari 2024
Melayani Sepanjang Hayat
Bacaan 1 : Markus 10:35-45


Pendahuluan
Markus menujukan Injil ini pertama-tama kepada jemaat di Roma yang sedang menderita karena ancaman dan tekanan kekaisaran Roma. Ada juga diantara jemaat Roma orang-orang Yahudi yang menolak untuk percaya pada Injil Yesus Kristus. Injil Markus memberitakan Yesus yang penuh kuasa itu menjalankan MisiNya. Ia mengajarkan hukum-hukum Allah dan memperbaharui hukum-hukum yang saat itu diajarkan yang lebih dikenal sebagai tradisi, hukum nenek moyang yang tidak bersumber pada Taurat Musa. Sehingga Yesus harus membalikan pengajaran salah (ajaran sesat) yang sedang diajarkan dan dilakukan oleh para pemimpin, ahli taurat, dan tentu umat Allah. Oleh sebab itu Yesus sangat ditolak dan diancam oleh komunitas orang-orang yang sangat hidupi hukum-hukum yang jelas bertolak belakang dengan ajaran Yesus.

Pendalaman Teks
Sekte orang Saduki adalah orang-orang yang menerima Taurat Musa tetapi mereka tidak percaya bahwa setelah kematian ada kebangkitan. Sebab itu mereka sangat menolak ajaran Yesus yang fokus pada Kerajaan Allah yang kekal dan hidup kekal yang diberikan kepada orang-orang percaya. Golongan orang Saduki banyak menjabat posisi penting dalam Mahkamah Agama, imam-imam. Siapakah orang-orang Saduki itu? Orang Saduki (Sadok) adalah sebuah golongan atau partai yang memiliki sedikit pengaruhnya di kalangan kaum Yehudi pada zaman Yesus. Pada umumnya orang-orang Saduki adalah para pemilik tanah di Palestina yang kaya raya, mereka memperoleh kedudukan yang menonjol karena manipulasi licik dengan memanfaatkan keadaan politik yang ada di negeri itu. Di dalam Sanhedrin atau Mahkamah Agama Yahudi, kaum Saduki ini menduduki posisi yang signifikan yakni setara dengan kaum Farisi. Banyak diantara imam-imam kepala adalah kaum Saduki. Dalam urusan agama, mereka termasuk orang konservatif sehingga hanya menerima kitab Taurat saja. Itulah sebabnya ajaran-ajaran Yesus yang baru seperti hidup kekal, kebangkitan, mujizat, malaikat, setan, roh jahat tidak mereka akui. Ada juga teori yang mengatakan bahwa kaum Saduki juga menguasai Bait Allah selama berbad-abad.
Di dalam hukum Musa ada ketetapan tentang pernikahan (bdk ay. 19 dan Ul. 25:5-6), dengan ketetapan itu mereka mengetengahkan masalah yang terjadi dalam pernikahan 1 perempuan dengan 7 laki-laki yang bersaudara kandung. Pada hari kebangkitan akan muncul masalah lagi yaitu siapakah yang menjadi suami dari perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia (ay. 23).
Memahami jawaban Yesus berkenaan dengan kehidupan kekal:
  • Kecaman Yesus kepada orang-orang Saduki yang menyatakan diri mempercayai Kitab Musa namun mereka sesat, tidak mengerti Kitab Suci dan tidak mengerti kuasa Allah. Akibatnya mereka menjadi sesat.
  • Pada hari kebangkitan, manusia tidak kawin atau di kawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
Yesus memperjelas tentang hidup kekal adalah karena Allah bukan Allah orang mati melainkan Allah orang hidup, hal ini jelas dengan:
  • Ketika Musa melihat api menyala keluar dari semak duri namun tidak membakar semak itu. Melihat keanehan itu Musa mendekat, ada suara Allah dan Ia memperkenalkan diri-Nya bahwa Ia adalah Allah Abraham, Allah Isak, Allah Yakub. Jarak waktu hidup ±400 tahun (bdk. Kej. 15:13-15). Jawab Yesus memberikan pemahaman bahwa Allah Abraham, Isak dan Yakub bukanlah Allah yang orang mati melainkan Allah orang hidup (ay. 27).
Dari teks, ada beberapa hal menjadi bahan refleksi :
  1. Membedakan Sesama
Di era media sosial, banyak orang ingin menjadi terkenal dengan mendompleng atau menumpang ketenaran orang lain. Ketika seseorang memposting foto dirinya bersama orang terkenal, ia berharap agar ia juga dikenal dan status sosialnya naik. Sedihnya, orang tidak peka bahwa sebenarnya ini adalah perbuatan menipulatif yang memanfaatkan orang lain demi status diri sendiri. Orang Saduki adalah salah satu golongan elit Yahudi. Mereka mencoba menggunakan Yesus demi kepentingan golongan mereka.
Dalam hukum perkawinan Lewi, diharuskan bagi seorang laki-laki untuk menikahi janda dan saudaranya yang telah meninggal demi meneruskan keturunan dari saudaranya itu (lih. Ul. 25:5-6). Orang Saduki menggunakan hukum ini untuk meneguhan keyakinan mereka yang tidak memercayai kebangkitan orang mati (ay. 19-23). Jika perkataan Yesus sejalan dengan keyakinan mereka dan hal itu dinyatakan di depan umum, mereka akan sangat diuntungkan. Yesus jelas tahu bahwa pertanyaan mereka bukanlah dengan tujuan untuk mengenal kebenaran.
Pertanyaan itu hanyalah sebuah alat demi melegitimasi dan meneguhkan kekuasaan mereka, dan bahkan menyerukannya sebanyak dua kali (ay. 24, 27). Di dalam Taurat dinyatakan bahwa Allah Israel adalah Allah orang hidup, bukan orang yang mati (ay. 25). Mereka yang tidak percaya akan kebangkitan tubuh mempertanyakan perihal pernikahan pasca kebangkitan. Terbayang ekspresi sinis dan arogan di wajah mereka ketika ini terjadi. Sungguh ironis bahwa para pemimpin agama 
justru buta akan firman Tuhan oleh karena doktrin dan ajaran tentang Tuhan yang keliru, yang sudah terlampau lama mereka yakini. Lebih parah lagi, mereka buta tetapi memandang diri dan menamai golongan mereka sebagai “orang benar.” Marilah terus mengeoreksi diri, jangan sampai kita membendakan orang lain demi kepentingan kita. Bersikaplah terbuka kepada Tuhan agar Dia menyatakan kebutaan kita dan kita dapat dicelikkan dalam kebenaran-Nya.
2. Bagi orang-orang Saduki, pengajaran Yesus tentang kebangkitan adalah hal yang tidak masuk akal dan menggelikan. Mereka menganggap ajaran ini sangat konyol. Mereka mendengar ajaran Yesus tetapi mereka tidak mengerti. Pikiran mereka tetap tertutup dan mereka terganggu dengan ajaran Yesus. Mereka melihat mujizat tapi tidak mengakuinya, mereka mendengarkan pengajaran sehat dari Yesus tetapi mereka menentangnya. Mengapa demikian? Karena kehadiran Yesus mengganggu posisi dan kedudukan mereka sebagai status quo pemerintahan dan orang penting keagamaan. Yesus menentang orang saduki karena pikiran mereka belum dicerahkan, Yesus dengan tegas dan lugas menyebut mereka orang sesat dan bodoh- orang pintar tetapi tidak mengerti kebenaran.
Di masa kini, cerita seperti ini sering kita jumpai. Semakin seseorang menguasai ilmu pengetahuan seringkali tidak bijaksana, tidak mau dituntun oleh Roh Kudus. Membuat seseorang mengandalkan kepintaran dan melupakan kuasa/menihilkan kuasa supranatural Ilahi. Rasio tanpa terang Ilahi menguasai kita untuk membatasi kuasa Allah dan kita akan kehilangan kesempatan mengalami kuasaNya. Setiap orang bertanggungjawab untuk belajar seumur hidup. Belajar mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan, belajar memahami alkitab, belajar teologi akan membuat kita meyakini bahwa ada kuasa luar biasa yang dapat mengubah sesuatu yang tidak mungkin bagi manusia menjadi mungkin bagi Allah.
Hal lain yang bisa ditambahkan dalam bacaan ini bahwa bicara tentang kebangkitan berarti kehidupan yang berorientasi pada pengharapan akan masa depan. Yesus menjelaskan bahwa Allah itu adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati (ay 27). hidup di dunia berakhir dalam kematian. Sedang mereka yang berada dalam Allah dan percaya akan kebangkitan akan hidup selamanya. Seperti Abraham yang sudah mati, namun masih hidup bersama Allah. Mari kita mengajak orang untuk mengarahkan hidup bukan saja di masa kini juga ke masa depan. Bukan hanya masa depan duniawi, tetapi masa depan surgawi. Di sana orang memiliki dan mengalami hidup abadi bersama Allah yang hidup.
3. Pokok pikiran teologis dari Markus 12:18-27 mencakup:
  1. Kebangkitan: Yesus menanggapi pertanyaan Saduki tentang kehidupan setelah mati dengan mengajarkan konsep kebangkitan, menekankan perubahan keadaan manusia di kehidupan setelah mati.
  1. Kehidupan Setelah Mati: Yesus menyampaikan pandangan tentang kehidupan setelah mati yang berbeda dari pemahaman Saduki, menekankan bahwa di sana manusia tidak akan menikah dan akan menjadi seperti malaikat.
  1. Kesalahpahaman Saduki: Yesus menyoroti kesalahpahaman Saduki tentang Kitab Ulangan dan mengajarkan mereka tentang kuasa Allah yang mampu membangkitkan orang mati.
  1. Sifat Allah yang Hidup: Yesus menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang hidup, menyoroti keberlanjutan eksistensi dan kuasa-Nya atas kehidupan.
PERTANYAAN :
  1. Mengapa Saduki tidak percaya pada kebangkitan, dan bagaimana jawaban Yesus mencerminkan ajaran-Nya tentang hal ini?
  1. Bagaimana ajaran ini berkaitan dengan pandangan kita tentang sifat dan kuasa Allah?



Bacaan 2 : Markus 12:35-37
Mendengarkan dengan Penuh Minat

Pendahuluan
Kehadiran Yesus disambut umat Allah dengan sikap penerimaan yang berbeda-beda:
  • Orang-orang yang menolak, mereka selalu mendengar pengajaran Yesus namun selalu menentang, membantah, melawan pengajaranNya dan memusihi Dia bahkan merencanakan untuk pembunuhan.
  • Orang-orang yang banyak menerima mujizat, mereka mengikut dan mendengar Yesus bahkan selalu berupaya dengan sungguh untuk mengikut kemana Yesus pergi, namun mereka hanya penggemar, mereka pendengar dan penikmat berkat dan mujizat.
  • Orang-orang yang secara khusus dipanggil dan dipilih atas kehendak Yesus, ditetapkan untuk menyertai Dia. Mereka adalah murid-murid dan kemudian mereka diutus untuk memberitakan Injil. Kepada murid-murid ini, Yesus lebih memberikan pengajaran-pengajaranNya dari pada kepada orang banyak.


Pendalaman Teks
Markus mencatat bahwa tidak ada seorang pun berani lagi menanyakan sesuatu kepada-Nya (ay. 34b). Yesus melanjutkan dengan pertanyaan -- tampaknya ditanyakan kepada orang banyak yang mendengar pengajaran-Nya.
TUHAN mengikatkan perjanjian kepada Daud, bahwa dari keturunan Daud akan dibangkitkan seorang anak Daud dan kerajaannya akan kokoh selama-lamanya (1 Taw. 17:1-15; 2 Sam. 7:1-15). Sebab itu bangsa Israel, khususnya suku Yehuda, menanti-nantikan lahirnya Mesias dari keturunan Daud. Para ahli Taurat yang senantiasa menyelidiki kitab-kitab nabi mengatakan bahwa Mesias adalah anak Daud = keturunan Daud. Lahir di Betlehem. Umat Allah selalu menantikan -- Markus menulis seruan pengemis buta Bartimeus di Yerikho yang berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku” (Psl 10:47, 48).
Pada kesempatan ini Yesus menjelaskan tentang hubungan Dia dengan Daud.
Dalam kitab Nabi-nabi dan kitab Mazmur tidak dituliskan bahwa Mesias = Anak Daud. Dituliskan perjanjian diikatkan TUHAN pada Daud, TUHAN akan menegakkan keturunan Daud dan mengukuhkan takhtanya turun temurun (Maz. 89:4)
Yesus dalam kemanusiaan-Nya , “lahir dari keturunan” Daud -- Malaikat menyapa Yusuf dengan sapaan “Anak Daud” (Mat. 1:1-1620), dari kandungan Maria oleh Roh Kudus lahirlah Yesus.
Yesus memperjelas apa yang dikatakan oleh Daud dalam pimpinan Roh Kudus, yaitu:
Waktu Daud menuliskan Mazmur 110 adalah mazmur yang dipujikan pada saat penobatan raja, tentu dalam pemahaman Daud yang terbatas, hanya memuji bahwa raja yang akan naik takhta adalah “Tuan” = kurios. (= master, lord = seorang yang mempunyai kuasa untuk mengontrol, mengatur). Sikap Daud kepada raja yang naik takhta: menghormati, khidmat, tunduk. Mazmur ini disebut mazmur Mesianik yang digenapi di dalam Yesus.


Dari teks, ada beberapa hal menjadi bahan refleksi :
  1. Mendengarkan dengan Penuh Minat Tidak selalu kita bisa memahami firman yang kita baca, bahkan ada banyak hal yang mungkin kita tidak tahu setelah membaca. Banyak orang tertarik mendengarkan pengajaran Yesus. Namun, ada juga yang berusaha menjatuhkan-Nya dengan pertanyaan jebakan. Kali ini Yesus yang balik kepada mereka. Ia menanyakan pandangan mereka tentang Mesias (ay. 35-36; bdk. Mzm. 110:1). Mazmur ini diyakini ditulis oleh Daud dan bernuansa mesianik. Yesus mempertanyakan bagaimana mungkin Mesias itu “anak Daud,” sementara Daud sendiri menyebut-Nya sebagai “Tuanku” (ay. 37a). Anak tidak mempunyai kuasa atas bapanya, lantas Mesias sebagai Tuannya? Anak Daud merupakan gelar untuk Mesias. Artinya, Mesias itu berasal dari keturunan Daud. Namun, Ia lebih berkuasa daripada Daud. Ini melambangkan kemuliaan dan kedekatan dengan Allah. Artinya Mesias bukan hanya seorang manusia, tetapi juga figur Ilahi. Dengan pertanyaan itu, Yesus merombak pengertian para pendengarnya akan figur Mesias. Mereka menantikan kedatangan raja Israel yang akan meneruskan takhta Daud di dunia. Sementara itu, Yesus menunjukkan kehadiran Kerajaan Allah melalui berbagai pengajaran dan mujizat yang dilakukan-Nya. Mesias bukan sosok mencari dan menggulingkan kekuasaan, tetapi menghadirkan kasih karunia dan keselamatan Allah dalam kehidupan manusia. Orang banyak mendengarkan Yesus dengan senang hati (ay. 37b). Sebab, pertanyaan yang disampaikan Yesus membuat mereka penasaran. Mereka ingin tahu lebih jauh tentang Mesias. Tindakan mempertanyakan keyakinan iman atau isi Alkitab bukanlah sesuatu yang salah, juga tidak menunjukkan kebodohan kita. Justru dengan bertanya, kita akan membangkitkan gairah dan kekaguman kita akan iman Kristen yang kita yakini selama ini. Ingatlah, iman kita adalah iman yang hidup, bukan sekadar ayat hafalan, aturan ibadah, atau hukum agama.
  1. Perdebatan panjang antara Yesus dengan orang Farisi dan Saduki telah membuat banyak orang tercengang. Banyak orang penasaran dan mendengar perdebatan para tokoh agama untuk mencari tahu ajaran dan kebenaran yang sesungguhnya. Tidak sedikit pula yang takjub mendengar jawaban dan penjelasan Yesus. Kemana saja Yesus mengajar dan membuat mujizat, Ia selalu menjadi pusat perhatian sekaligus pusat perbantahan serta batu sandungan bagi para tokoh agama masa itu. Perbedaan pendapat memang seringkali terjadi dalam kehidupan. Perbedaan pendapat terjadi karena setiap orang punya cara pandang dan pola pikir yang berbeda-beda. Perbedaan pendapat tidak boleh dilihat sebagai ungkapan permusuhan dan kejahatan. Perbedaan pendapat harus dilihat sebagai keragaman cara berpikir yang akhirnya memperluas atau memperkaya ilmu pengetahuan. Namun yang terjadi dalam perdebatan orang farisi & saduki dengan Yesus adalah perbedaan pendapat sebagai suatu ajang untuk menjebak dan mencari permusuhan dan pada akhirnya itulah yang mereka lakukan terhadap Yesus.Kali ini Yesus mengajak mereka untuk memahami konsep hubungan antara Daud dengan anak Allah. Yesus mengajak mereka untuk memahami kebenaran Allah dengan benar dan seharusnya mereka menerima ajaran Yesus tersebut dan statusNya sebagai Mesias karena selama ini mereka telah keliru dalam mewartakan kebenaran Allah. Apabila mereka menolak Yesus sebagai Anak Allah, mengapa ahli Taurat  mengajarkan kepada bangsa Israel bahwa Mesias yang akan datang disebut anak Daud. Dengan mengutip Mzm 110: 1, Yesus melakukan problematisasi status Daud yang lebih rendah dari status Mesias.Di sisi lain, pertanyaan Yesus memunculkan rasa keingintahuan orang banyak tentang ajaran Mesias adalah anak Daud (ay. 37b). Yesus sama sekali tidak memberi jawaban. Ia sengaja membiarkan pertanyaannya menjadi diskusi terbuka bagi semua orang. Pada masa itu, mustahil bagi siapapun dapat mengerti kaitan Daud dengan Mesias. Melalui terang Perjanjian Baru, seseorang dapat memahami bagaimana caranya Yesus disebut anak Daud secara silsilah dan sekaligus Mesias dari sisi ketuhanan-Nya.
  1. Markus 12:35-37 mencakup pengajaran Yesus tentang Mesias dan sifat-Nya. Pokok pikiran teologis dari pasal ini melibatkan:
  1. Kedudukan Mesias: Yesus menunjukkan bahwa Mesias bukan hanya keturunan Daud, tetapi juga memiliki kedudukan yang lebih tinggi, yaitu sebagai Tuhan yang duduk di sebelah kanan Allah.
  1. Pengajaran Rasuli dan Sifat Mesias: Yesus mencela pengajaran para ahli Taurat yang menyatakan bahwa Mesias adalah keturunan Daud sementara Daud menyebut Mesias sebagai Tuhannya. Ini menyoroti pemahaman yang lebih dalam tentang sifat ilahi Mesias.
  1. Pentingnya Pengenalan Sifat Mesias: Yesus menekankan pentingnya mengenal dan menghormati sifat sejati Mesias, melebihi pemahaman umum tentang keturunan Daud.
Akhir dari Ajaran Yesus di Bait Suci:Pasal ini menyajikan momen akhir dari ajaran Yesus di Bait Suci dan menunjukkan bagaimana Yesus ingin mengajarkan kebenaran yang lebih mendalam tentang Mesias kepada pendengarnya.
PERTANYAAN :
  1. Bagaimana para pendengar pada waktu itu merespons pengajaran Yesus ini di Bait Suci?
  1. Apa relevansi pengajaran ini bagi keyakinan orang percaya pada masa kini?

        Tamariska Pendalaman Alkitab Alkitab

        Berita Terpopuler

        Kolom Komentar


        Berikan Komentar

        Alamat Email anda tidak akan ditampilkan. Wajib diisi untuk kolom *