Persekutuan Pendalaman Alkitab 26 Oktober 2023

EDITOR GMITJASS
26 Oktober 2023 144 x Materi PA
Persekutuan Pendalaman Alkitab
Jemaat GMIT Tamariska Maulafa
Jemaat GMIT Tamariska Maulafa
Berkat Peribadatan
Pendalaman Text
Ø
Ayat 1-5-> Yehezkiel dibawa kembali ke
pintu Bait Suci.
u Ada air mengalir dari
bagian bawah dan membual dari sebelah Selatan.
u Orang yang membawa
tali pengukur, setiap 1000 hasta meminta Yehezkiel masuk ke dalam air sampai
akhirnya tidak dapat diseberangi lagi sebab air sudah meninggi sehingga orang
dapat berenang.
Ø Ayat 6-12 -> orang pengukur membawa
Yehezkiel menyusur tepi sungai, Yehezkiel melihat:
u Sepanjang sungai
tampak ada banyak pohon
u Sungai mengalir ke
arah timur dan menurun ke Araba-Yordan
u Air sungai itu tawar
dan kemana saja ia mengalir, ia mendatangkan kehidupan, sampai di En-Gedi
sampai En-Eglaim, menjadi tempat para nelayan menjemur pukat dan sungai itu ada
berjenis-jenis ikan, seperti ikan-ikan di laut besar.
u Di sekitar sungai
terdapat paya-paya yang menghasilkan garam.
u Tumbuh-tumbuhan di tepi sungai menjadi subur dan menghasilkan buah-buahan yang tidak habis-habis karena mendapatkan air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan, sedangkan daunnya menjadi obat.
1)
Sungai ini mirip dengan sungai yang mengalir dari Taman Eden (Kej. 2:8-10) dan sungai air kehidupan di Yerusalem Baru (Wahyu 22:1-2; bdk. Zakharia 14:8), yang mengalir dari tahta Allah.
2) Sungai ini juga mirip dengan sungai yang disebutkan oleh Yesus Kristus, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:38). “Air hidup” ini ialah Roh Kudus dan berkat-berkat hidup yang dibawa-Nya.
dari teks, ada beberapa hal menjadi bahan refleksi :
1.
Berkat Peribadatan
Agama, oleh sebagian manusia, dilihat eksklusif, menghakimi, ekstrem, dan radikal, dan sangat dekat dengan kekerasan. Maka dari itu, istilah “spiritual tetapi tidak agamawi” atau “beragama tanpa agama” terasa lebih menyentuh. Seorang filsuf dari AS, John D. Caputo berkata bahwa orang yang beragama harusnya mencinta. Jika seseorang mengaku beragama, tetapi tidak mencintai, maka kenyakinannya patut diragukan. Tuhan sebagai pusat junjungan adalah sentralitas agama. Penglihatan Yehezkiel ini menunjukkan Bait Suci tempat tersakral untuk menyembah Tuhan sebagai pusat. Pembangunan ulang Bait Suci ini adalah tanda restorasi ibadah. Ketika Tuhan diutamakan, yang terjadi adalah berkat-berkat mengalir, dan ini digambarkan dengan air yang meluap-luap dari bawah Bait Suci Israel (ay. 1). Air melambangkan kehidupan dan sumber yang tanpanya manusia tidak dapat hidup. Bagian ini juga merupakan gambaran Sungai Gihon di Eden (lih. Kej. 2:13). Berkat yang digambarkan sebagai air itu semakin dalam dan luas sampai menjadi sungai yang tak terseberangi (ay. 3-5), dan ini dapat dilihat nyata dan dirasakan kesegarannya. Aliran itu tak henti dan terus mengalir sampai Araba Yordan. Laut mati di lembah ini ditransformasi menjadi segar dan menghidupkan, juga menyuburkan buah-buahan. Hal itu kembali mengingatkan keindahan Eden (lih. Kej. 2:1-12:). Aliran air itu terus mengalir, dan ke mana air itu mengalir, tempat-tempat yang dijangkaunya merasakan berkatnya. Ditandai ikan yang berlimpah dan tumbuhan yang menghasilkan buah berlimpah, bahkan pohon yang bukan hanya buahnya dapat dimakan, tetapi juga daunnya menjadi obat yang menyembuhkan. Ibadah kepada Allah sejatinya menghasilkan berkat nyata yang dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Mari belajar menyatakan berkat-berkat-Nya kepada orang di sekitar kita melalui perhatian, pertolongan, dan kasih.
2.
Empat hal yang penting mengenai sungai tersebut:
a) Sumber dari sungai itu (ay. 1). Kata Bait Suci di sebut sampai 4 kali, ini berarti bahwa Bait Suci sangat penting sekali. Bait Suci berbicara tentang hadirat Allah dan kekudusan dalam Bait Allah. Hadirat Allah sangat penting dalam gereja Tuhan/Hidup kita di akhir zaman. Hendaknya gereja Tuhan di akhir zaman ini lebih meningkatkan pujian dan kebenaran Firman Allah, maka Gereja/hidup kita akan berfungsi sebagai rumah Tuhan yang kudus.
b) Kedalaman sungai itu (ay. 3-5). Di sana disebutkan bahwa kedalaman sungai tersebut dapat di ukur. Ada yang kedalamannya hanya semata kaki, selutut, sepinggang dan seterusnya. Sama halnya dengan iman kita dapat diukur. Berapa dalamkah iman kita kepada Tuhan? Mungkin semata kaki, artinya adalah pemahaman dalam mengikut dan melayani Tuhan masih dangkal, ada yang selutut sampai sepinggang. Belajarlah lebih dalam lagi dalam mengikut Tuhan. Tapi ada air yang terus mengalir dan menjadi sungai, maka kita tidak dapat berjalan lagi karena air ini sudah meninggi sehingga orang bisa berenang. Ini mengartikan pengiringan kita yang maksimal, tenggelam dalam kuasa hadirat-Nya.
c) Arah sungai itu (ay. 8-10). Dari Bait Suci air mengalir ke wilayah timur turun ke Araba Yordan dan bermuara di laut asin, maka terjadilah sesuatu yang luar biasa di mana laut asin berubah menjadi tawar, maka laut yang mematikan itu dapat memberi kehidupan bagi ikan-ikan, sehingga banyak nelayan yang mendapat berkat. Gereja Tuhan/hidup kita dipersiapkan untuk menjadi berkat bagi sekeliling kita.
d) Manfaat dari aliran sungai itu (ay. 8,12). Sungai tersebut menjadi sungai yang memberi kehidupan. Kelimpahan dan kesembuhan terjadi lewat daun-daun yang menjadi obat. Anak-anak Tuhan seharusnya menjadi seperti sungai yang terus mengalir, memberkati dunia yang sedang menuju pada kehancuran. Dalam Yoh. 7:38 Tuhan Yesus berkata: “barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Sungai kehidupan memberi kesehatan, kesuburan dan kesembuhan bagi kehidupan orang yang percaya. Karena itu milikilah “sungai kehidupan” itu, yang adalah Tuhan Yesus, supaya kita tetap dapat hidup kerena-Nya.
Bacaan 2 : Yehezkiel 47:13-20
Kemurahan Allah
TUHAN Allah setia memegang perjanjian-Nya pada Abraham sampai pada Israel. Sekalipun umat milik TUHAN sudah dibuang ke kerajaan bangsa-bangsa, TUHAN mengumpulkan dan membawa pulang ke tanah milik pusaka.
Mencermati penglihatan yang TUHAN Allah perlihatkan kepada Yehezkiel, bandingkan dengan yang “dulu” yang pernah TUHAN berikan kepada Israel, ketika Yosua memimpin mereka memasuki tanah milik pusaka.
Pendalaman Text
Ada batas-batas yang masih mirip.
Memperhatikan batasan daerah yang akan dikembalikan TUHAN “mirip” dengan ketika pada tahun ±1406, Yosua memimpin Israel masuk ke Kanaan.
u Ayat 14 -> Di bagian ini, tanah Kanaan dijamin kepada mereka
sebagai milik pusaka. “Dengan sumpah Kujanjikan memberikannya kepada nenek
moyangmu,” dijanjikan melalui sumpah kepada mereka dan keturunan mereka.
Meskipun kepemilikan mereka telah lama berhenti, namun Allah tidak melupakan
sumpah-Nya yang Ia ucapkan kepada nenek moyang mereka. Meskipun penyelenggaraan
Allah untuk sementara waktu kelihatan seolah-olah bertentangan dengan
janji-janji-Nya, namun janji-Nya akan genap pada akhirnya, sebab Allah ingat
untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya. Dengan sumpah Kujanjikan
memberikannya, maka tanah itu tidak akan gagal menjadi milik pusakamu. Kanaan
sorgawi pasti diberikan bagi semua keturunan, karena hal itu yang dijanjikan oleh
Allah yang tidak berdusta.
u Ayat 20 -> Di bagian ini batas-batas itu ditentukan, dan
garis-garis batas telah ditetapkan, sehingga mereka tidak boleh menerobos untuk
melanggar tetangganya, dan tetangga mereka tidak boleh menerobos untuk
melanggar mereka. Kita pernah melihat gambaran batas-batas Kanaan yang serupa
seperti ketika Yosua diperintahkan untuk membagi-bagi milik pusaka bangsa
Israel. (Bil. 34:1). Pembagian itu mulai dari Laut Asin di selatan, memutar dan
sampai di sana. Mulai dari Hamat dekat Damaskus di utara, memutar dan sampai di
sana. Perhatikan, Allah sendiri yang menentukan batas-batas kediaman mereka,
dan bangsa Israel kepunyaan Allah selalu memiliki alasan untuk mengatakan bahwa
tali pengukur telah jatuh bagi mereka di tempat-tempat yang permai. Danau di
Sodom di bagian ini disebut Laut Timur, karena laut itu telah ditawarkan
oleh air dari tempat kudus. Ia tidak lagi disebut Laut Asin, sebagaimana
dicatat dalam Kitab Bilangan.
u Dibagian ini diperintahkan supaya tanah itu dibagi-bagi di antara suku-suku bangsa Israel, dengan menghitung Yusuf mendapat dua bagian, untuk menggenapi kedua belas suku, karena Lewi dikeluarkan dari hitungan untuk melayani kemah suci, dan mendapat bagian disekitarnya (ay. 13, 21). Tanah itu harus kamu bagi rata (ay. 14). Setiap suku harus mendapat bagian yang sama rata, antara satu dengan yang lainnya. Ketika suku-suku Israel keluar dari babel, pembagian ini kelihatannya tidak sama rata, karena beberapa suku jumlahnya lebih besar dari yang lainnya, dan sesungguhnya kebanyakan mereka berasal dari suku Yehuda dan Benyamin dan sangat sedikit dari sepuluh suku lainnya.
Dari teks, ada beberapa hal menjadi bahan refleksi:
1.
Kemurahan Hati Allah
Sungguh miris, semakin makmur dunia, tetapi semakin sulit orang memiliki rumah. Jangankan rumah besar, rumah kecil dan sederhana pun seolah mustahil dimiliki. Bisnis properti semakin membuat banyak orang merindukan memiliki rumah pribadi yang bagus, tetapi kenyataan membuat impian itu seperti mimpi yang tak tergapai. Pada bagian pemulihan umat Allah ditandai dengan Allah yang membagi-bagikan tanah (ay. 13-14). Sebuah gambaran akan kemurahan hati Allah yang tidak hanya menyambut dan memberikan makanan kepada umat-Nya, tetapi juga memberikan warisan berupa tanah untuk tempat tinggal. Allah memberikan itu secara cuma-cuma dan dengan pembagian yang adil kepada semua umat-Nya. Umat yang mendapatkan janji warisan ini adalah umat Allah yang sedang sengsara di pembuangan, yang diperbudak di tanah asing, yang barangkali sudah berpikir tidak akan ada harapan untuk pemulihan mereka. Banyangan pulang saja berat, apalagi memiliki tempat tinggal sendiri. Pastilah janji Allah jauh melampaui apa yang mereka pikirkan. Apalagi, bila dikatakan yang diberikan Allah adalah warisan, yang artinya pada masa itu tidak boleh diperjualbelikan, atau bahkan jika sebuah keluarga terlalu miskin, mereka dapat menjual tanah warisan yang mereka miliki, tetapi tidak untuk selamanya karena pada tahun Yobel, tanah warisan tersebut harus dikembalikan kepada keluarganya. Sebuah aturan yang penuh kasih. Selalu ada kesempatan bagi keturunan pemilik tanah untuk tetap dapat menikmati berkat-berkat Tuhan. Juga, Tuhan melatih umat yang lain untuk beranugerah dan tidak menjadi tamak dan serakah. Umat Allah haruslah seperti Allahnya, mempraktikkan kemurahan hati karena sejatinya apa yang mereka terima itu adalah anugerah, bukan hasil usaha keras mereka. Kemurahan hati yang diajarkan dalam Alkitab sulit dimengerti orang-orang modern yang sudah hidup di dalam budaya individualistis. Mari belajar mempraktikkan kemurahan hati sehingga anugerah Allah bisa dirasakan melalui perbuatan kita dapat memedulikan sesama.
2.
Tanah suci yang baru.
Setelah gambaran tentang air dan sungai-sungai yang memberi kehidupan bagi
tanah itu (1-12) kini ditujukkanlah batas-batas tanah itu (13-20) dan
pengaturan suku-suku di tanah itu. Bagi
umat Israel, tanah selalu dikaitkan dengan perjanjian antara Allah dan Abraham.
Tanah perjanjian adalah pemberian Allah. Dialah pemilik sesungguhnya dari tanah
itu. Dalam sejarah Israel, tanah bertindak selaku barometer bagi hubungan umat
dengan Allah. Kondisi tanah mencerminkan berkat bagi mereka yang menaati-Nya
dan kutuk bagi mereka yang melanggarnya (Ula. 11:8-28). Yehezkiel seolah
mendengarkan janji Allah bahwa kutuk tersebut akan diangkat. Inilah puncak
pemulihan Israel karena kedua belas suku akan kembali ke negeri perjanjian dan
dipersatukan kembali sebagai sebuah bangsa. Relasi antara Allah, umat, dan
tanah telah pulih sepenuhnya. Penglihatan Yehezkiel tentang masyarakat yang
dipulihkan meliputi Bait Allah yang baru dan Tanah Kudus yang baru, yang dibagi
kembali di antara suku-suku berdasarkan prinsip-prinsip baru. Pasal-pasal ini
mengingatkan Gereja akan sifatnya sebagai peziarah di dunia, supaya Gereja
mencari “langit yang baru dan bumi yang baru di mana terdapat kebenaran” (2 Pet. 3:13).
3. Bacaan Yehezkiel 47:13-20 menggambarkan pembagian tanah di antara suku-suku Israel. Dalam konteks teologis, pesan yang relevan bagi orang percaya masa kini bisa termasuk pengertian bahwa Tuhan memiliki rencana dan bagian yang telah ditetapkan bagi setiap orang dalam komunitas iman. Pesan ini mengajarkan tentang keadilan, pemberian, dan pentingnya hidup dalam kerangka kehendak Tuhan. Orang percaya masa kini dapat merenungkan keberagaman dalam komunitas iman dan pentingnya bersatu dalam cinta dan kebenaran, menghormati perbedaan sesama manusia, serta membagikan berkat yang diterima dari Tuhan dengan orang lain. Pesan ini mengingatkan kita tentang tanggung jawab kita dalam menjaga keadilan sosial dan membangun komunitas yang didasarkan pada prinsip-prinsip kasih dan kebenaran.
Pertanyaan :
1. Apa arti dari perbatasan yang disebutkan dalam
pasal ini?
2. Apakah ada pesan moral atau ajaran etika yang
dapat diambil dari teks ini?