Perintah Baru Tetapi Lama

EDITOR GMITJASS
25 April 2024 205 x Materi PA
Persekutuan Pendalaman Alkitab
Jemaat GMIT Tamariska Maulafa
Kamis, 25 April 2024
Bacaan 1 : Kejadian 9:1-17
Tema : Perintah Baru Tetapi Lama
Pendahuluan
Sering kita mendengar
sekian banyak janji namun persoalannya cuma satu yaitu apakah janji ditepati atau
tidak. Janji adalah sebuah kata yang sangat dekat dengan kehidupan manusia.
Banyak kita mendengar janji dan banyak kali pula kita mengucapkan janji. Janji
adalah hal biasa dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan berumahtangga, dalam
hubungan kerja, dalam dunia politik, dalam hubungan percintaan bahkan dalam
pelayanan juga ada janji dengan Tuhan. Berbeda dengan janji Tuhan itulah janji
yang ditepati dan sama sekali tidak dilanggar. Kata “perjanjian” muncul tujuh
kali dalam bacaan ini (ay 9, 11, 12, 13, 15, 16, 17). Pengulangan kata yang
banyak ini menunjukkan sebuah penegasan. Bahwa ini merupakan sesuatu yang
sangat serius menyangkut reputasi dan identitas seseorang yang kuat dalam
perjanjian-perjanjian tertentu.
Pendalaman Teks
Perjanjian/Konvenan di
dalam kitab Kejadian 1-9:
- Perjanjian kerja -- setelah
Allah menciptakan seluruh alam semesta dan manusia -- Kej. 1:28-30; 2:15-17.
- Perjanjian anugerah -- Kej.
3:15.
- Perjanjian dengan
Nuh/Perjanjian Pemeliharaan Allah -- Kej 6:18-22; 9:8-17.
Setelah Allah selesai menghukum bumi ini, kepada
Nuh, TUHAN: - Ayat
1, 8-9 (bdk 1:29), berfirman
kepada Nuh dan anak-anak untuk meneruskan generasi dan bertambah banyak sampai
memenuhi bumi.
- Ayat
2-4 (bdk. 1:29-30),
manusia mempunyai kuasa atas binatang. Sebelum air bah, manusia makan
tumbuh-tumbuhan, setelah air bah Allah memberikan binatang kepada manusia untuk
menjadi makanan, hanya harus memperhatikan cara memakannya.
- Ayat
5-6 ketetapan TUHAN atas
nyawa manusia, baik dibunuh oleh sesamanya maupun oleh binatang.
- Ayat
9-11 Allah mengadakan
perjanjian dengan keturunan Nuh dan dengan segala ternak yang keluar dari
bahtera. Perjanjian itu adalah tidak akan ada lagi air bah yang akan
melenyapkan yang hidup dan memusnahkan bumi.
- Ay.
12-17 memperhatikan
pengulangan penulisan ay. 12-17: Busur-Ku, Kutaruh di awan (=Pelangi) menjadi
tanda yang dapat dilihat, maka Aku akan mengingat perjanjian. Bahasa ibrani
“Qheset” yang berarti Busur. Senjata untuk perang dan berburu hewan, busur
ditarik dan melepaskan anak panah. Ketika seorang ksatria meletakkan busurnya
berarti tidak ada perang lagi. Itulah yang mau ditegaskan dengan tanda ini,
yaitu tidak ada lagi “senjata” yang ditembakkan untuk memusnahkan segala
makhluk di bumi Allah tidak hanya mengucapkan
perjanjian tetapi juga memperlihatkan tanda yang dapat dilihat. Tanda busur di
awan sering dipahami sebagai pelangi. Pelangi adalah tanda yang dapat dilihat
oleh manusia dan Tuhan. Dengan melihat pelangi manusia dan Tuhan senantiasa
mengingat akan perjanjian itu.
Pengulangan ay. 16 dan
sekali lagi kepada Nuh, Allah berfirman (bdk. ay. 8), memahami kesungguhan dan
keseriusan Allah untuk memelihara bumi ini dengan manusia dan makhluk hidup di
dalamnya, membuat kita harus juga menghargai dan mengelola bumi dengan baik.
Dari teks, ada beberapa hal
menjadi bahan refleksi :
1. Perintah
Baru Tetapi Lama
Nas ini menggemakan
kisah penciptaan. Ada kesinambungan antara masa sebelum air bah dan masa
sesudah air bah. Manusia tetap menyandang gambar Allah (ay. 6b; Kej 1:26-27).
Itulah sebabnya Allah memastikan bahwa manusia -- yang cenderung melakukan
kejahatan dan kekerasan karena adanya dosa -- tidak boleh membunuh sesamanya
(ay. 5b-6a). Semua manusia berada di bawah perlindungan Tuhan. Manusia tidak
boleh menumpahkan darah manusia lainnya seperti yang dilakukan Kain atau
Lamekh. Sebaliknya, manusia harus menjadi penjaga sesamanya (bdk. Kej. 4:9).
Manusia juga diperintahkan untuk beranakcucu dan bertambah banyak agar mereka
dapat memenuhi bumi (ay. 1, 7). Ditegaskan bahwa manusia diberi kuasa atas makhluk
ciptaan lain (ay. 2), serta diberi tumbuhan dan hewan (kecuali darah) sebagai
makanannya (ay. 3-4). Ini adalah kesempatan kedua bagi manusia untuk menjadi
wakil Allah di bumi. Namun, kesempatan kedua ini harus dimaknai sebagai
kemurahan Allah bagi manusia. Allah telah mengikat diri-Nya dalam perjanjian
dengan manusia dan semua makhluk ciptaan lainnya bahwa Ia tidak akan
mendatangkan air bah yang membinasakan dan memusnahkan bumi (ay. 8-11). Janji
itu ditandai dengan “busur-Ku” yang “Kutaruh di awan” (ay. 13). Artinya,
seburuk apa pun manusia berkuasa atas bumi, Allah tidak akan memusnahkannya,
melainkan tetap memeliharanya.
Dari nas ini tampak
bahwa Allah memanggil kita untuk menjalankan perintah lama dengan prespektif
baru. Sebagai gambar Allah, kita tidak hanya harus menjaga sesama manusia,
melainkan juga makhluk ciptaan lainnya. Manusia dan hewan hidup dalam satu
komunitas ciptaan, bahkan sama-sama menantikan kemerdekaan dari kesia-siaan dan
perbudakan kebinasaan yang kelak dialami di dalam Kristus (Rm. 8:19-22). Karena
itu, mari kita menjaga alam sehingga yang ada bukan lagi kematian dan
pemusnahan, melainkan kehidupan dan keberlangsungan. Di situlah kemuliaan Allah
tercermin dengan segala keindahan-Nya.
2. Allah memperbarui
semua keadaan. Penataan ulang tersebut juga melibatkan semua makhluk penghuni
bumi. Peran manusia diwakili oleh keluarga Nuh sebagai orang benar yang
diselamatkan. Teks bacaan hari ini merupakan sebuah pengingat dan nasihat agar
kita mengasihi seluruh ciptaan sama seperti Allah mengasihi mereka. Bagaimana
mengungkapkan kepeduliannya terhadap seluruh ciptaan dengan sebuah ungkapan
perjanjian yang begitu serius. Tentang sebuah perjanjian antara Allah dengan
manusia dan seluruh ciptaan (ay 9-10). Cakupan perjanjian yang universal dinyatakan
secara jelas dan berulang. Kata “bumi” dituliskan beberapa kali (10, 11, 13,
14, 16). Perjanjian yang universal itu kadang tanpa disadari justru manusia
mengerdilkan perjanjian universal itu. Manusia berpikir obyek perjanjian
universal itu hanyalah umat manusia. Ini merupakan kesalahan serius. Obyek
kasih dan perjanjiannya jauh lebih besar melingkupi seluruh semesta, seluruh
bumi dan ciptaanNya. Pengabaian perjanjian ini tentu ditunjukkan oleh perilaku
Eksploitasi alam dan lingkungan tanpa memikirkan dampak buruk mengakibatkan
bumi menghadirkan iklim/cuaca yang ekstrim. Berita terbaru kita dapat
menyaksikan fenomena badai hijau yang menghantam kota modern di Dubai. Patut kita renungkan kembali tentang
keadilan, perdamaian dan kasih Allah untuk seluruh ciptaan. Perjanjian Allah
dalam bacaan ini dapat kita simpulkan bahwa Allah ingin melestarikan
keanekaragaman semua makhluk hidup yang adalah ciptaanNya. Itu berarti bacaan
ini tidak saja bicara tentang teologi perjanjian sekaligus juga bicara tentang
ekoteologi (teologi lingkungan hidup). Ekoteologi adalah ilmu yang membahas
tentang makna teologis dalam ajaran agama kristen tentang ciptaan Allah,
khususnya alam dan lingkungan. Teologi dalam konteks ini tidak hanya menyangkut
aspek ketuhanan saja melainkan juga memiliki aspek ekologis. Untuk melihat
dasar perjanjian Allah dengan manusia, bumi dan semua makhluk.
3. Setelah membaca
Kejadian 9:1-17, ada beberapa relevansi bagi umat percaya masa kini:- Perjanjian
Allah: Bagian ini menyoroti
pentingnya perjanjian antara Allah dan umat manusia. Ini mengingatkan kita
bahwa Allah adalah Allah yang setia dan berjanji untuk selalu bersama umat-Nya.
- Tanggung
Jawab Manusia: Nuh dan keturunannya
diberikan tanggung jawab untuk mengelola dan menjaga ciptaan Allah. Ini mengingatkan
umat percaya untuk bertanggung jawab atas lingkungan dan makhluk-makhluk Allah.
- Kasih
Allah yang Berdaulat: Walaupun manusia
sering kali melanggar perjanjian dengan Allah, Dia tetap setia dan penuh kasih.
Ini mengajarkan kepada umat percaya tentang kasih yang tak terbatas dari Allah
meskipun kita tidak selalu setia.
- Tanda
Perjanjian: Pelangi dianggap sebagai
tanda perjanjian antara Allah dan umat manusia. Ini mengingatkan kita bahwa
setiap tanda atau simbol dapat mengingatkan kita akan janji Allah dan
kehadiran-Nya yang setia.
- Penghargaan
terhadap Kehidupan: Bagian ini juga
menekankan pentingnya menghargai kehidupan dan menahan diri dari melakukan
kekerasan. Ini menjadi pengingat bagi umat percaya untuk menghargai dan
melindungi kehidupan manusia sebagai gambaran Allah.
Dengan memahami dan
merenungkan bagian ini, umat percaya masa kini dapat diperkukuh dalam iman
mereka, mempertahankan perjanjian dengan Allah, dan menghidupi prinsip-prinsip
yang Dia ajarkan melalui firman-Nya.
Pertanyaan :
1, Mengapa Allah memilih Nuh untuk memulai
kembali umat manusia setelah air bah?
2. Mengapa
Allah menetapkan perjanjian-Nya dengan Nuh dan keturunannya?
- Perjanjian kerja -- setelah Allah menciptakan seluruh alam semesta dan manusia -- Kej. 1:28-30; 2:15-17.
- Perjanjian anugerah -- Kej. 3:15.
- Perjanjian dengan Nuh/Perjanjian Pemeliharaan Allah -- Kej 6:18-22; 9:8-17.
- Ayat 1, 8-9 (bdk 1:29), berfirman kepada Nuh dan anak-anak untuk meneruskan generasi dan bertambah banyak sampai memenuhi bumi.
- Ayat 2-4 (bdk. 1:29-30), manusia mempunyai kuasa atas binatang. Sebelum air bah, manusia makan tumbuh-tumbuhan, setelah air bah Allah memberikan binatang kepada manusia untuk menjadi makanan, hanya harus memperhatikan cara memakannya.
- Ayat 5-6 ketetapan TUHAN atas nyawa manusia, baik dibunuh oleh sesamanya maupun oleh binatang.
- Ayat 9-11 Allah mengadakan perjanjian dengan keturunan Nuh dan dengan segala ternak yang keluar dari bahtera. Perjanjian itu adalah tidak akan ada lagi air bah yang akan melenyapkan yang hidup dan memusnahkan bumi.
- Ay. 12-17 memperhatikan pengulangan penulisan ay. 12-17: Busur-Ku, Kutaruh di awan (=Pelangi) menjadi tanda yang dapat dilihat, maka Aku akan mengingat perjanjian. Bahasa ibrani “Qheset” yang berarti Busur. Senjata untuk perang dan berburu hewan, busur ditarik dan melepaskan anak panah. Ketika seorang ksatria meletakkan busurnya berarti tidak ada perang lagi. Itulah yang mau ditegaskan dengan tanda ini, yaitu tidak ada lagi “senjata” yang ditembakkan untuk memusnahkan segala makhluk di bumi Allah tidak hanya mengucapkan perjanjian tetapi juga memperlihatkan tanda yang dapat dilihat. Tanda busur di awan sering dipahami sebagai pelangi. Pelangi adalah tanda yang dapat dilihat oleh manusia dan Tuhan. Dengan melihat pelangi manusia dan Tuhan senantiasa mengingat akan perjanjian itu.
Dari teks, ada beberapa hal menjadi bahan refleksi :
1. Perintah Baru Tetapi Lama
Nas ini menggemakan kisah penciptaan. Ada kesinambungan antara masa sebelum air bah dan masa sesudah air bah. Manusia tetap menyandang gambar Allah (ay. 6b; Kej 1:26-27). Itulah sebabnya Allah memastikan bahwa manusia -- yang cenderung melakukan kejahatan dan kekerasan karena adanya dosa -- tidak boleh membunuh sesamanya (ay. 5b-6a). Semua manusia berada di bawah perlindungan Tuhan. Manusia tidak boleh menumpahkan darah manusia lainnya seperti yang dilakukan Kain atau Lamekh. Sebaliknya, manusia harus menjadi penjaga sesamanya (bdk. Kej. 4:9). Manusia juga diperintahkan untuk beranakcucu dan bertambah banyak agar mereka dapat memenuhi bumi (ay. 1, 7). Ditegaskan bahwa manusia diberi kuasa atas makhluk ciptaan lain (ay. 2), serta diberi tumbuhan dan hewan (kecuali darah) sebagai makanannya (ay. 3-4). Ini adalah kesempatan kedua bagi manusia untuk menjadi wakil Allah di bumi. Namun, kesempatan kedua ini harus dimaknai sebagai kemurahan Allah bagi manusia. Allah telah mengikat diri-Nya dalam perjanjian dengan manusia dan semua makhluk ciptaan lainnya bahwa Ia tidak akan mendatangkan air bah yang membinasakan dan memusnahkan bumi (ay. 8-11). Janji itu ditandai dengan “busur-Ku” yang “Kutaruh di awan” (ay. 13). Artinya, seburuk apa pun manusia berkuasa atas bumi, Allah tidak akan memusnahkannya, melainkan tetap memeliharanya.
Dari nas ini tampak bahwa Allah memanggil kita untuk menjalankan perintah lama dengan prespektif baru. Sebagai gambar Allah, kita tidak hanya harus menjaga sesama manusia, melainkan juga makhluk ciptaan lainnya. Manusia dan hewan hidup dalam satu komunitas ciptaan, bahkan sama-sama menantikan kemerdekaan dari kesia-siaan dan perbudakan kebinasaan yang kelak dialami di dalam Kristus (Rm. 8:19-22). Karena itu, mari kita menjaga alam sehingga yang ada bukan lagi kematian dan pemusnahan, melainkan kehidupan dan keberlangsungan. Di situlah kemuliaan Allah tercermin dengan segala keindahan-Nya.
2. Allah memperbarui semua keadaan. Penataan ulang tersebut juga melibatkan semua makhluk penghuni bumi. Peran manusia diwakili oleh keluarga Nuh sebagai orang benar yang diselamatkan. Teks bacaan hari ini merupakan sebuah pengingat dan nasihat agar kita mengasihi seluruh ciptaan sama seperti Allah mengasihi mereka. Bagaimana mengungkapkan kepeduliannya terhadap seluruh ciptaan dengan sebuah ungkapan perjanjian yang begitu serius. Tentang sebuah perjanjian antara Allah dengan manusia dan seluruh ciptaan (ay 9-10). Cakupan perjanjian yang universal dinyatakan secara jelas dan berulang. Kata “bumi” dituliskan beberapa kali (10, 11, 13, 14, 16). Perjanjian yang universal itu kadang tanpa disadari justru manusia mengerdilkan perjanjian universal itu. Manusia berpikir obyek perjanjian universal itu hanyalah umat manusia. Ini merupakan kesalahan serius. Obyek kasih dan perjanjiannya jauh lebih besar melingkupi seluruh semesta, seluruh bumi dan ciptaanNya. Pengabaian perjanjian ini tentu ditunjukkan oleh perilaku Eksploitasi alam dan lingkungan tanpa memikirkan dampak buruk mengakibatkan bumi menghadirkan iklim/cuaca yang ekstrim. Berita terbaru kita dapat menyaksikan fenomena badai hijau yang menghantam kota modern di Dubai. Patut kita renungkan kembali tentang keadilan, perdamaian dan kasih Allah untuk seluruh ciptaan. Perjanjian Allah dalam bacaan ini dapat kita simpulkan bahwa Allah ingin melestarikan keanekaragaman semua makhluk hidup yang adalah ciptaanNya. Itu berarti bacaan ini tidak saja bicara tentang teologi perjanjian sekaligus juga bicara tentang ekoteologi (teologi lingkungan hidup). Ekoteologi adalah ilmu yang membahas tentang makna teologis dalam ajaran agama kristen tentang ciptaan Allah, khususnya alam dan lingkungan. Teologi dalam konteks ini tidak hanya menyangkut aspek ketuhanan saja melainkan juga memiliki aspek ekologis. Untuk melihat dasar perjanjian Allah dengan manusia, bumi dan semua makhluk.
3. Setelah membaca Kejadian 9:1-17, ada beberapa relevansi bagi umat percaya masa kini:
- Perjanjian Allah: Bagian ini menyoroti pentingnya perjanjian antara Allah dan umat manusia. Ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah Allah yang setia dan berjanji untuk selalu bersama umat-Nya.
- Tanggung Jawab Manusia: Nuh dan keturunannya diberikan tanggung jawab untuk mengelola dan menjaga ciptaan Allah. Ini mengingatkan umat percaya untuk bertanggung jawab atas lingkungan dan makhluk-makhluk Allah.
- Kasih Allah yang Berdaulat: Walaupun manusia sering kali melanggar perjanjian dengan Allah, Dia tetap setia dan penuh kasih. Ini mengajarkan kepada umat percaya tentang kasih yang tak terbatas dari Allah meskipun kita tidak selalu setia.
- Tanda Perjanjian: Pelangi dianggap sebagai tanda perjanjian antara Allah dan umat manusia. Ini mengingatkan kita bahwa setiap tanda atau simbol dapat mengingatkan kita akan janji Allah dan kehadiran-Nya yang setia.
- Penghargaan terhadap Kehidupan: Bagian ini juga menekankan pentingnya menghargai kehidupan dan menahan diri dari melakukan kekerasan. Ini menjadi pengingat bagi umat percaya untuk menghargai dan melindungi kehidupan manusia sebagai gambaran Allah.
1, Mengapa Allah memilih Nuh untuk memulai kembali umat manusia setelah air bah?
2. Mengapa Allah menetapkan perjanjian-Nya dengan Nuh dan keturunannya?
Bacaan 2 : Kejadian 9:18-29
Tema : Kejatuhan Orang Benar
Pendahuluan
Ketika sebuah benda pecah belah jatuh entah piring atau gelas kaca jatuh ke lantai akan pecah berkeping-keping, masihkah ia berguna? Tentu tidak namun ditangan seniman, pecah-pecahan kaca itu dikumpulkan dan dibentuk lagi menjadi sebuah karya seni baru yang menarik dan bernilai tinggi. Apa yang dilakukan seniman itu disebut re-creation atau penciptaan ulang. Sesuatu yang sudah rusak bahkan hancur dapat ditata kembali menjadi indah dan berharga. Kehancuran bumi oleh air bah membuat kehidupan manusia dan segala makhluk telah punah. Namun sisa kehidupan yang Allah selamatkan akan memulai kembali penataan oleh Allah sebagai Sang Seniman yang mencipta ulang kehidupan di bumi.Pendalaman Teks
Sem dan Yafet melakukan perbuatan yang menghormati ayahnya dan dengan cara yang terbaik menutupi tubuh ayahnya (ay. 23). Setelah Nuh sadar dan ia tahu kelakuan anak-anaknya, ia berkata:
- Ay. 25 -> terkutuklah Kanaan (sapaan Ham), ia akan menjadi hamba bagi saudara-saudaranya.
- Ay. 26 -> berkat buat Sem menjadi tuan atas Ham.
- Ay. 27 -> berkat buat Yafet menjadi tuan atas Ham dan meluaskan tempat kediamannya serta tinggal dalam kemah-kemah Sem.
- Akhir hidup Nuh, ia berusia 500 tahun saat ia memperanakan Sem, Ham, Yafet (Kej. 5:32). Nuh berumur 600 tahun ketika air bah meliputi bumi (Kej. 7:8). Nuh berumur 601 tahun ketika keluar dari bahtera (Kej. 8:13). Nuh mati umur 950 tahun.
- Nuh dicatat sebagai generasi terakhir dalam keturunan Adam -- Set, adalah suatu hikmat yang Allah berikan kepada Lamekh saat ia memperanakan Nuh (Kej. 5:28).
Nuh ditulis mempunyai karakter, sikap dan pola hidup yang berkenan kepada Allah di tengah manusia yang jahat dan rusak (Kej. 6:9; 7:1), namun tetap ada kelemahan yang dicatat.
- Diakhir hidup Nuh, ia menyampaikan kutuk dan berkat, Allah memberitahukan situasi bangsa-bangsa di masa mendatang.
1. Kejatuhan Orang Benar
Alkitab tidak hanya mengisahkan keberhasilan seorang tokoh, melainkan juga kegagalannya. Menjelang akhir hidup Nuh, ia mengalami satu periode hidup yang tragis. Ia menjadi petani anggur yang pernah dimabukkan oleh hasil panennya (ay. 20-21). Dalam periode itu pula, anaknya, Ham, melihat aurat Nuh dan menceritakan kepada saudaranya (ay. 22). Sikap Ham ini tidak tepat, bertolak belakang dengan sikap Sem dan Yafet yang menutupi aurat ayah mereka (ay. 23). Akhirnya, Ham dan keturunannya diberi kutukan oleh Nuh (ay. 25-27). Akhir kisah Nuh ini menegaskan kebenaran bahwa semua manusia membuahkan kejahatan (lih. Kej 8:21). Nuh memang diselamatkan dari air bah, tetapi bukan berarti ia sudah menjadi kudus. Hidupnya masih dikelilingi kelemahan diri dan perangkap ketidak-kudusan.
Sebagai orang percaya, kita harus mawas diri. Tak ada manusia yang kebal terhadap godaan dosa. Semua orang bisa jatuh ke dalam dosa. Bahkan, berkat dapat berganti menjadi kutukan karena kecenderungan hati manusia yang jahat. Kerohanian kita -- jika tidak dijaga -- bisa merosot. Pada masa awal pertobatan, kita bisa mengejar keserupaan dengan Kristus secara menggebu-gebu: aktif membaca Alkitab, berdoa, mengikuti persekutuan, bersedih atas kesalahan, dan melayani bagi Tuhan. Namun, sekali saja dosa dibiarkan, kelengahan itu akan menggerus kerohanian kita hingga akhhirnya kita melakukan kesalahan yang bisa membuat kita malu di hadapan Tuhan dan orang lain. Di tengah kegagalan Nuh, ada kabar baik. Kisah itu ditempatkan setelah perjanjian Allah yang kekal dengan Nuh dan segala makhluk hidup (Kej. 9:8-17). Ini menandakan bahwa terjadinya kejatuhan orang benar tidak menghentikan Allah untuk meneruskan berkat-Nya. Allah tentu saja menghukum manusia berdosa karena keadilan-Nya. Namun, ia akan mengampuni setiap orang yang tersadar dan bertobat dari kesalahannya. Kiranya kita terus mempertahankan kerohaniaan sehingga kita dapat berkata: “… meskipun manusia lahiriah kami merosot, manusia batiniah kami diperbaharui dari hari ke hari” (2 Kor. 4:16)
2. Waspada bahaya Alkohol. Nila setitik merusak susu sebelanga. Orang baik yang hidup ratusan tahun bisa jatuh dalam dosa karena mabuk anggur. Selalu mengejutkan dan tidak bisa diterima ketika orang benar yang hidup dalam kebenaran bisa bebuat dosa. Itulah kisah Nuh dalam bacaan ini, ia telah hidup berkenan dihadapan Allah sepanjang umurnya, ia menjadi satu-satunya manusia di bumi yang dianggap layak oleh untuk diselamatkan ketika hukuman air bah. Dosa kemabukkan. Apakah mungkin Nuh tidak tahu tentang fermentasi anggur membuat mabuk tak sadarkan diri? Kemabukkan dan ketelanjangan selalu disajikan dalam cerita Alkitab dengan sangat memalukan. Ini adalah penyebutan anggur pertama kali dalam Alkitab, dan ini bukanlah gambaran yang bagus. Orang saleh seperti Nuh terjebak oleh pengaruh anggur yang halus namun kuat kandungan alkoholnya. Mabuk bisa menghasilkan rasa menyenangkan tapi kemabukkan yang berlebihan akan menghasilkan rasa malu, kutukan dan perbudakan. Meskipun Alkitab tidak melarang penggunaan anggur secara hati-hati namun Alkitab berulangkali memperingatkan bahaya meminum minuman beralkohol dan mengutuk mabuk-mabukkan sebagai perbuatan kedagingan. Bahkan Alkitab memperingatkan bahwa siapapun yang melakukannya tidak akan mewarisi kerajaan Allah (Gal 5: 21) karena mabuk. Masalah mabuk dimasa lalu tetap tumbuh dan terpelihara hingga masa kini. Dosa klasik yang terus menjadi dosa kekinian. Jika seorang kristen yang tergoda oleh alkohol karena meihat anda sebagia pemimpin yang suka minum maka anda telah menyebabkan dia tersandung dan berdosa terhadap Kristus (Roma 14). Jadi dosa Nuh menunjukkan kepada kita bahwa orang benar sekalipun rentan berbuat dosa.
3. Kejadian 9:18-29 menceritakan tentang peristiwa setelah air bah, di mana Nuh dan ketiga anaknya, Ham, Sem, dan Yafet, bersama dengan istri-istri mereka, mulai membentuk kembali kehidupan manusia di bumi. Ada beberapa relevansi bagi orang percaya masa kini setelah membaca bagian tersebut:
- Pertobatan dan Pengampunan: Kisah tentang dosa dan penghinaan Ham terhadap ayahnya, Nuh, dan berkat serta kutukan yang diberikan kepada ketiga anak Nuh, mengajarkan pentingnya pertobatan dan pengampunan. Ini mengingatkan orang percaya untuk selalu meminta maaf dan memaafkan dalam hubungan antar sesama.
- Kehormatan Terhadap Orang Tua: Reaksi Sem dan Yafet yang menutupi tubuh Nuh dan menghormati ayah mereka, menegaskan pentingnya menghormati dan memuliakan orang tua. Ini menjadi pengingat bagi orang percaya untuk menghormati otoritas dan memuliakan orang tua mereka.
- Keturunan yang Diberkati: Meskipun ada kutukan yang diberikan kepada keturunan Ham, ada juga berkat yang diberikan kepada Sem dan Yafet. Ini mengajarkan kepada orang percaya tentang pentingnya hidup sesuai dengan kehendak Allah agar mendapatkan berkat-Nya.
- Kekuasaan Berkat dan Kutukan: Bagian ini menunjukkan bahwa berkat dan kutukan memiliki kekuatan nyata dalam kehidupan manusia. Ini mengingatkan orang percaya untuk hidup dengan benar di hadapan Allah agar mendapatkan berkat-Nya, dan untuk menjauhi dosa agar tidak menarik kutukan-Nya.
- Pemberdayaan Melalui Keturunan: Keturunan Nuh menjadi asal mula bangsa-bangsa yang berbeda. Ini mengingatkan orang percaya akan tanggung jawab mereka untuk membentuk generasi berikutnya dalam iman dan kebenaran.
Pertanyaan:
1, Apakah implikasi dari berkat dan kutukan
yang diberikan kepada ketiga anak Nuh?
2, Apa
yang dapat dipelajari dari respons Nuh terhadap tindakan ketiga anaknya?