Kemuliaan Kristus dalam PenderitaanNya

EDITOR GMITJASS
18 Februari 2024 336 x Renungan
KEMULIAAN KRISTUS DALAM PENDERITAAN-NYA
Markus 9:2-13
Kemuliaan dan Penderitaan ini dua hal yang sangat berbeda. Pada umumnya, ketika orang berbicara tentang kemuliaan, maka yang terbayang seringkali adalah keagungan, pujian, kehormatan, kemenangan, dan kemasyuran. Sedangkan penderitaan berarti keadaan menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Bacaan kita hari ini juga berkisah demikian. Penginjil Markus bercerita bahwa kali ini Yesus menuju ke sebuah gunung yang tinggi yakni gunung tabor Yesus tidak sendirian, melainkan bersama tiga orang murid-Nya yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes. Sebagai keturunan Israel, ketiga murid yang menyaksikan peristiwa penampakan tersebut sangat mengenal dua sosok yang hadir dan mengadakan percakapan dengan Yesus. Apakah yang dibicarakan oleh kedua orang hebat itu dengan Tuhan Yesus? Mereka berbicara tentang tujuan kepergian-Nya ke Yerusalem untuk menggenapi karya penebusan Allah (Luk. 9:31). Penggenapan Taurat, penggenapan nubuatan tentang datangnya Mesias, tentang penebusan semuanya ada dalam Kristus. Ketiga murid yang menyaksikan peristiwa tersebut tentunya memiliki pengalaman secara pribadi. Yang menarik adalah Petrus sangat takjub dengan pengalaman yang luar biasa itu, karenanya ia mengusulkan untuk mendirikan kemah sebagai gambaran untuk memilih tetap bertahan dan menikmati kemuliaan itu di atas gunung bersama Yesus, daripada turun dari gunung untuk mengalami penderitaan di Yerusalem. Namun Yesus tahu dengan benar apa yang ada dalam pikiran Petrus, karena itu Ia menyadarkan mereka dari rasa takjub tersebut untuk segera turun dari gunung dan menjalani sebuah misi yang berat, pahit dan sakit namun penuh kemuliaan. Berkenaan dengan dimulainya penghayatan Minggu Sengsara I yang kita masuki, apa refleksi iman yang dapat kita pelajari dari peristiwa pemuliaan Tuhan Yesus menjelang kesengsaraan-Nya Itu? Pertama: Jalan sengsara adalah jalan yang dipilih Tuhan untuk menyelamatkan dunia. Hal ini sejalan dengan suara dari balik awan yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."(ay. 7) Kedua: Berani meninggalkan "zona nyaman" dan hadapi penderitaan. Saat Kristus menampakkan kemuliaanNya sebagai Anak Allah di tengah-tengah kehadiran Musa dan Elia, disaksikan bahwa Petrus meminta agar diperkenankan mendirikan kemah bagi mereka bertiga, yaitu: Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia (ayat 5). Oleh karena itu, Yesus tidak membiarkan para murid terlena dengan zona nyaman mereka. Ketiga: Penderitaan adalah jalan menuju kemuliaan. Paulus berkata: Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia (Filipi 1:29). Penderitaan karena dan bersama Kristus itu juga adalah karunia. Maka percaya dan menderita adalah dua hal yang tidak dapat atau tidak boleh dipisahkan. Dan dalam mengikut Yesus, tiap orang ada salib-nya sendiri-sendiri. Tapi Ingatlah selalu: Allah tidak pernah menaruh salib itu dipundak yang salah, la yang taruh dipundak seseorang, la akan memampukannya untuk pikul salib itu berjalan menuju kemuliaan. Bersyukurlah kepada Allah sebab kita yang menderita karena Kristus akan dimuliakan bersama Kristus. Yesus bukanlah orang biasa. Dia adalah Putra Tunggal Allah. Seluruh kehidupannya digambarkan dalam dua gambaran: penderitaan dan kemuliaan. Dalam penderitaan, dia menjalaninya tanpa mengeluh, Kerelaan Yesus menempuh jalan penderitaan itulah yang akhirnya mendatangkan kemuliaan dan keselamatan bagi kita umat-Nya.
Sekali lagi .. Penderitaan atau kemuliaan? Penderitaan adalah jalan menuju kemuliaan. Bertahanlah dalam iman kepada Tuhan. Amin.