Aku dan Seisi Rumahku akan Menyembah Allah

ADMIN 1 GMITJASS
22 Oktober 2023 254 x Renungan
Dalamh hidup ini, kita diperhadapkan pada banyak pilihan. Termasuk pilihan cara hidup yang Yosua tawarkan kepada umat Israel. Hidup yang dijalani bersama TUHAN ataukah hidup mengikuti ilah-ilah yang disembah oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka (15). Pilihan cara hidup ini tentu ada konsekuensi atau dampaknya. Jikalau umat memilih untuk mengikuti TUHAN maka mereka harus mewujudkan pilihan itu dalam tindakan yang nyata. Tindakan nyata itu dalam bentuk takut dan beribadah kepada TUHAN (14). Takut yang dimaksud adalah hormat dan taat kepada TUHAN. Takut bukan karena TUHAN itu jahat melainkan karena TUHAN penuh kewibawaan, kebaikan dan kasih setia. Kasih setia itu yang ditunjukan TUHAN dengan menuntun umat Israel dari Mesir sampai ke Negeri Kanaan bahkan memberikan negeri itu sebagai milik pusaka mereka. Takut Tuhan ini disandingkan dengan beribadah kepada Tuhan. Takut akan Tuhan tidaklah lengkap tanpa beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu umat yang takut akan Tuhan perlu menjadi umat yang beribadah kepada-Nya.
Pilihan untuk hidup bersama TUHAN tentu menuntut kesetiaan. Tidak boleh ada allah yang lain. Tidak ada kesetiaan ganda. Kesetiaan itu menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sandaran iman dan kehidupan umat Israel (14). Kesetiaan itu dinyatakan dalam ibadah kepada Tuhan. Ibadah yang dimaksud bukan sekedar doa atau persembahan korban ataupun syair nyanyian dan mazmur dalam upacara liturgis. Ibadah mencakup pola atau cara hidup setiap hari. Namun, sebelum umat Israel memberi jawaban atas pilihan yang ditawarkan, Yosua sendiri langsung menyampaikan pilihan hidupnya beserta keluarganya. Ia dengan tegas memilih hidup bersama TUHAN. Hal ini didasari pada pengalamannya bersama TUHAN. Kebaikan dan penyertaan TUHAN telah menjadi pengalaman dan bukti kehidupan. Itu bukan lagi janji tetapi sesuatu yang dirasakan secara nyata. Pilihannya ini juga menjadi penegasan sikap sebagai pemimpin. Ia ingin menjadi teladan iman bagi seluruh umat Israel (15).
Pernyataan Yosua ini mengisyaratkan bahwa bukan ia seorang diri yang akan menjadi teladan bagi umat melainkan seluruh anggota keluarganya. Ini juga berarti bahwa Yosua akan berusaha mengajarkan dan meneruskan iman dan tekad yang ada dalam dirinya kepada setiap anggota keluarganya. Ia tidak ingin keluarganya menjadi keluarga yang timpang dalam iman atau memiliki dua wajah dalam beriman. Walaupun demikian, Yosua tidak mau bersikap otoriter dengan memaksa umat mengikuti pilihannya. Ia tetap memberi ruang kepada kehendak bebas umat untuk menentukan jalan hidupnya. Ini bukan berarti Yosua tidak peduli dengan iman umat. Ia melakukannya karena menginginkan agar keputusan itu datang dari kesadaran dan kecintaan umat kepada TUHAN. Bukan karena ikut-ikutan apalagi karena terpaksa, bukan juga untuk menarik simpati Yosua sebagai pemimpin umat. Hal ini yang direspon baik oleh umat. Mereka memilih TUHAN sebagai sumber dan penuntun kehidupan mereka (16). Mereka memilih setia kepada TUHAN karena TUHAN telah lebih dahulu berlaku setia dan mengasihi mereka.
Sejak nenek moyang mereka, TUHAN selalu ada sebagai penolong dan penuntun mereka (17). Pilihan ini juga jadi pengakuan iman akan kuasa TUHAN yang menghalau ilah-ilah lainnya. Terhadap pilihan ini, Yosua sekali lagi mengingatkan konsekuensi dan kesetiaan pada pilihan mereka (19-20). Ia ingin agar umat benar-benar berpegang pada pilihan mereka secara sadar dan sukarela. Pilihan hidup ini yang kemudian dibawa oleh Yosua dalam perjanjian umat dengan TUHAN (22-28). Perjanjian yang lahir dari kesadaran penuh tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun juga termasuk Yosua. Perlu diingat dari pilihan ini adalah bukan hanya menjadi pilihan saat itu saja melainkan pilihan yang berlanjut dari generasi ke generasi. Artinya, pilihan mengikuti TUHAN harus selalu diajarkan dan diwariskan turun temurun. Bukan hanya tanah perjanjian yang diwariskan tetapi iman kepada TUHAN juga jangan sampai terputus atau pudar dimakan zaman.